TANJUNG SAKTI adalah salah satu kecamatan yang berasal dari kabupaten Lahat Sumatera Selatan yang tidak hanya dikenal dengan ramah tamah penduduknya, selain itu juga kekayaan yang dimiliki yakni aset wisata alam, cagar budaya, dan ciri khas adat istiadat yang maju.
Di Tanjung sakti segudang warisan budaya yang sampai saat ini masih terus berlaku dan berekembang yang patut untuk kita lestarikan. Lebih kurangnya dapat bermanfaat lebih baik
atau tidak bagi khalayak.
Tradisi unik ini masih sangat hangat dan berakar setelah dilestarikan yang tidak terlepas dan masih membudaya begitu kuat yakni budaya “Pantauan” yang dimana masyarakat nya saat pihak keluarga baik keponakan maupun saudara dekat dan tetangga dilingkungan rumah, mereka ngagokah atau menikahkan keponakan atau anaknya sendiri.
Tradisi budaya pantauan ini adalah menghampiri rumah tiap anggota keluarga atau tetangga setempat dari mempelai pengantin yang melangsungkan pernikahan. Yang mana keluarga dari mempelai pengantin sudah terlebih dahulu menyiapkan jamuan atau makanan khusus untuk mengajak bunting( kedua mempelai ), baik pihak besan maupun tamu- tamu undangan yang hadir di resepsi pernikahan kedua mempelai.
Sebagaimana bentuk menghargai untuk memberi rasa hormat dan turut berbahagia atas kelangsungan pernikahan anggota keluarga tersebut. Mengenai tradisi pantauan ini sudah lahir dan dilestarikan sejak zaman dulu atau zaman nenek moyang dan sampai saat ini pun tradisi ini termasuk warisan budaya yang masih melekat di Tj Sakti ini dan menjadi ciri khas keramahtamahan masyarakat asli yang berasal dari tanjung sakti ini, tradisi budaya panatauan yang masih erat ini hanya dimiliki oleh Tanjung Sakti yang merupakan suku asli Besemah, yang patut dikenal dengan besemah ulu mannah rurah ipangan yang artinya daerah atau wilahnya dikeliligi oleh perbukitan yang dinamakan Tanjung Sakti ini.
Sedangkan dalam tradisi pantauan, para tamu yang datang ke resepsi pernikahan kedua mempelai dipersilahkan untuk mampir terlebih dahulu agar diajak untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh pihak keluarga dekat maupun tetangga kedua mempelai yang terletak tidak jauh dari rumah penyelenggara jamuan, sebelum tiba ditempat tujuan pemantauan atau pantuan ini dilakukan dari satu rumah ke rumah lainnya, hingga kerumah terakhir dimana tempat jamuan yang telah disiapkan, sampai menunggu acara dirumah utama dilangsungkan atau dimulai dalam tradisi pantauan ini, tamu undangan wajib mencicippi makanan yang telah disajikan sekaligus sebagai bentuk apresiasi kepada tuan rumah.
Apabila saat tamu datang untutk mencicipi jamuan tersebut tuan rumah tidak menemanni tamu yang akan mencicipi makanan karena dianggap jika ditemanni oleh tuan rumah tamu akan malu untuk mencicipi makanan yang telah disajikan , dan para tamu akan mengira berbeda sehingga para tamu sengaja dibiarkan sendiri agar tidak canggung saat mencicipi makanan yang tersedia sepuasnya tanpa sedikitpun rasa malu.
Hidangan yang disajikan pun bukan sembarang hidangan, melainkan makanan-makanan khas seperti rendang, ayam nanas, tumis buncis ati ampela, dan ikan bumbu kacang asam manis. Untuk pedampingnya juga biasanya dihidangkan cemilan seperti peyek kacang, keripik pisang,
kembang goyang dan masih banyak lagi.
Minummannya juga tak kalah lezat, ada cendol, es buah, teh , kopi, ataupun air putih. Dalam tradisi budaya ini, selain melakukan pantauan pengantin atau kedua mempelai itu didampingi oleh bujang dan gadis ngantat atau dalam kata lain yang menemanni pengantin pria dan perempuan yang bertugas ikut kemana saja pengantin berkeliling saat pantauan serta menyiapkan segala keperluan kedua mempelai, contohnya saja saat membalik sendal pengantin, mengambillkan makanan saat pantauan, dan merapikan makeup mempelai wania jika sudah tidak rapi atau belepottan.
Tugas bujang antat dan gadis antat bertugas membantu pengantin wanita, dalam perjalanan mengelilingi rumah demi rumah didalam rombongan pun terdapat satu orang yang biasa disebut “penunde”, yakni orang yang akan menentukan jalan atau rute biasanya yang menjadi pemimpin adalah anggota senior didalam karang tarunayang berpengalaman dalam mengikuti tradisi pantauan ini.
Pemimpin ini akan menentukan rute dalam perjalanan dari satu rumah kerumah lainnya, terkadang dia harus siap berdebat dengan ibu-ibu yang ingin rumahnya didatangi terlebih dahulu meski tidak sesuai jalur. Ternyata berbagai tradisi menunjukkan kebiasaan yang memperkaya budaya daerah.
Termasuk adat yang harus ada saat pantauan bunting ( kedua mempelai ), acara keliling desa sambil makan disetiap rumah yang menyajikan makanan adalah wajib bagi setiap calon pengantin. Uniknya lagi dalam tradisi ini kedua mempelai biasanya dilarang melintas di bawah “ kemuhu “ yakni bambu yang biasa digunakan untuk menjemur pakaian.
Menurut kepercayaan masyarkat setempat, hal ini akan membuat rumah tangga yang terjalin nantinya menjadi kurang harmonis. Setelah melaksanakan adat ini, biasanya mempelai wanita dan rombongan akan mandi disungai. Hal ini dilakukan sebagai penyembuh setelah lelah berekeliling desa.
Atau bersiap-siap mengadakan resepsi jika hari jadi diadakan pada malam hari, namun saat ini banyak yang lebih memilih untuk melaksanakan ulang untuk keesokan harinya ternyata banyak juga kekayaan budaya diindonesia yang masih sangat erat salah satunya di Tanjung Sakti Kabupaten Lahat ini diantaranya kekayaan tradisi budaya yang elah mendarah daging dan dilestarikan hingga kini sebagai ciri khas, suku yang ramah, suka bersosialisasi dan menganggap kerabat sebagai pendatang, dan keluarganya masih berhubungan sangat kuat suku bangsa besemah mengenal beragam pantauan sesuai dengan kepentingan dan tujuan dari pantauan tersebut.
Beberapa jenis pantauan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pantauan bunting ( memanggil kedua mempelai )
Pantan sebuah banting adalah menjamu pengantin oleh kerabat dan tetangge pengantin laki-laki dan perempuan Pantaw tebuah bunting merupakan tradisiy ang populer di antara berbagai jenis pantan sebuah dalam adat Besemah