Peluang Kandidat  Petahana pada Pilkada Serentak Pemilu 2024

- Sabtu, 28 Januari 2023 | 08:33 WIB
Praktisi Komunikasi Politik HM.Albahori, M.Ikom (dok pribadi)
Praktisi Komunikasi Politik HM.Albahori, M.Ikom (dok pribadi)

KONTESTASI PEMILU  2024,   Pileg, Pilpres dan Pilkada Serentak, merupakan   kompetisi  terberat bagi Partai-partai baru  karena harus bersaing ketat  dengan  18 partai politik  yang  bertarung merebut kursi parlemen  pada tingkat DPR RI, DPRD Propinsi/Kab/Kota pada Pileg 2024,   yang digelar pada 38 provinsi dan 514  kab/kota diseluruh Indonesia.

Pemilihan legistatif dan pemilihan presiden 2024 dilaksanakan,  pada tanggal 14 Februari 2024, Pilkada Serentak dilaksanakan di berbagai daerah.   Selang 287 hari, dilakukan pilkada serentak tersebut merupakan ruang  waktu yang sempit dan terbatasnya masa kampanye,  bagi para calon kandidat kepala daerah dalam memperoleh simpati masyarakat konstituennya dan elektoral.

Singkatnya  masa kampanye  dan konsentrasi parpol dalam pileg dan pilpres Pemilu 2024,  secara tidak langsung dapat  menguntungkan  kandidat petahana.

Menurut pengamat  Praktisi komunikasi politik,  yang juga Ketua Bappilu Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Sumsel, HM.Albahori,M.Ikom,   memperkuat pandangan  kandidat petahana tersebut dengan 3 alasannya terkait dengan keuntungan kandidat petahana pada Pilkada 2024 mendatang:

Pertama,  pembatasan masa kampanye dengan  ruang waktu yang cukup relatif sempit,  membuat kandidat penantang  tidak mempunyai waktu yang cukup panjang  dalam melakukan strategi komunikasi dalam meningkatkan popularitas dan elektabilitas mencakup  personal branding, political branding dan  political marketing.

Sehingga optimalisasi  branding tidak berjalan baik dan maksimal, sementara kandidat petahana atau incumbent, berpotensi dan peluang lebih terbuka  karena secara persiapan, perencanaan dan pelaksanaan  strategi komunikasi (branding ) dapat dilakukan secara efektif dan masif dan tingkat popularitas dan elektabilitas kandidat petahana akan meningkat. Hal ini  dapat dilihat dari hasil pra-survey petahana cukup tinggi di bandingkan dengan calon kandidat rivalitasnya.

Kedua, kandidat petahana secara kinerja pemerintahan yang  berprestasi baik,   tentunya tingkat popularitasnya semakin tinggi. Hal ini posisi petahana semakin kuat di mata publik, indikatornya dapat kita amati hasil pra- survey oleh petahana yang cenderung lebih tinggi dari pada rivalitasnya.

Alasan ketiga,  aspek phisikologis dapat menurunkan tingkat emosional pemilih, yang dapat menurunkan partisipasi publik pada pilkada serentak,  karena kejenuhan dan konsentrasi pada Pileg dan Pilpres, akibatnya  minat dan atensi publik pada Pilkada Serentak dapat saja menurun seperti yang terjadi pada Pemilu 2019.

Editor: Hendrawan

Terkini

Presiden Jokowi Tambah Cuti Lebaran, Ini Alasannya

Sabtu, 25 Maret 2023 | 12:57 WIB
X