Destinasi Wisata Pulau Kemaro Menjadi Ikon Magnetik

- Kamis, 19 Januari 2023 | 21:32 WIB
Memasuki kawasan Pulau kemaro, kit aakan disambut pintu gerbang dengan warna merah menyala. (Pramono/detiksumsel)
Memasuki kawasan Pulau kemaro, kit aakan disambut pintu gerbang dengan warna merah menyala. (Pramono/detiksumsel)

Palembang, Detiksumsel.com-- Pulau Kemaro boleh sepi, tetapi tetap menjadi ikon magnetik Palembang. Lagu "Sebiduk di Sungai Musi" yang dibawakan Ketua Pimda Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) SumselĀ  Hj Lucianty di sela-sela jamuan makam malam Rakerda PKN Sumsel seakan menjadi penggugah peserta rakerda parpol yang lolos menjadi peserta Pemilu 2024 ini untuk menikmati langsung wisata sungai yang membelah kota Palembang tersebut. Kapal Mayang Sari yang berkapasitas 50 orang pun, Kamis (19/1/2023) membawa peserta Rakerda termasuk jajaran Pimnas PKN, yang dipimpin langsung Ketua Umum Pimnas PKN I Gede Suardika mengarungi sungai Musi. Mereka menyatu bersama pengurus Pimda PKN Sumsel yang dikomandoi langsung Hj Lucianty. Rutenya, dari Dermaga Benteng Kuto Besak (BKB) melaju ke arah Jembatan Musi 6 lalu memutar dan menuju Pulau kemaro, melewati jembatan Ampera dan Jembatan Musi IV sebelum akhirnya berlabuh di dermaga Pulau Kemaro yang berseberangan dengan eks Intirub. Untuk pulangnya, rutenya dari Pulau Kemaro langsung mudik ke BKB. Kembali ke titik start awal sebelumnya. Menjejakkan kaki di Pulau Kemaro, disambut suasana yang agak sepi. Karena memang biasanya objek wisata ini ramai di saat perayaan Capgome. Yang diperkirakan jatuh awal Februari mendatang. Setelah melewati pintu gerbang, akan ditemukan Tugu Pulau Kemaro yang menjelaskan tentang keberadaan Pulau kemaro. Termasuk legendanya. Setelah itu, bisa juga melakukan beberapa ritual, termasuk menebak nasib ke depan. Jika perut mulai keroncongan maupun haus, tersedia beberapa kedai yang menyediakan makanan dan minuman. Juga toilet. Di areal Pulau kemaro, seperti disebutkan pemandu di kapal Mayangsari, seluas 5 ha, terdiri dari 3 hektare tempat ibadah yang juga menjadi objek wisata. Lalu, sekitar dua ha berupa persawahan dan lahan milik warga. Pagoda sembilan lantai berdiri megah dengan warna doniman merah, juga menarik perhatian. Saat perayaan capgome, puluhan ribu pengunjung memadati lokasi. Pengelola menyediakan ponton penyeberangan dari eks intirub ke Pulau kemaro. Fasilitas gratis pun disiapkan. Sementara untuk dari BKB juga disiapkan transportasi gratis berupa tongkang. Manakala bukan saat perasaan capgome, yang gratis-gratis itu pun tiada. Untuk mencapai Pulau Kemaro ini, bisa dijangkau dengan berbagai moda. Bisa dengan kapal khusus yang disiapkan pihak Pemkot. Kapten Kapal Mayang Sari, Eko menjelaskan ada banyak pilihan. Bisa menggunakan Kapal Mayangsari, atau kapal lain dengan kapasitas yang lebih besar mencapai 80 orang, seperti Kapal Segentar Alam. Atau bus air, yang berkapasitas 20 orang. "Kalau seperti Mayangsari, tarifnya Rp 4 juta satu paket," ujar sang Kapten sebelum melaju kembali ke BKB. Satu paket perjalanan itu, termasuk pergi-pulang dan waktu turun ke Pulau kemarau. Setidaknya butuh waktu 4 jam. Selama di kapal, disiapkan organ tunggal dan biduan. Sehingga selama dalam perjalanan semakin terhibur sembari menimati view di sepanjang sungai Musi. Untuk kapal dengan kapasitas yang lebih besar, tentu tarifnya berbeda. Termasuk dengan bus air yang kapasitas lebih kecil juga akan lebih murah tarifnya. Yang jelas, wisatawan dari PKN, tampak menikmati perjalanan "Se-kapal di sungai Musi". Alunan merdu suara dari Pimnas dan Pimda saling bergantian. Tak kurang Ketua Pimda Hj Lucianty, Ketua Bapilu HM Albahori, Sekretaris H Syaiful Islam, Bendahara Umum H Fakhruddin. Juga dari Pimcab, seperti Ali Imron dari Musi Rawas. Sementara dari Pimnas, bukan hanya Ketua Umum I Gede Pasek Suardika, tetapi juga Sekjen Sri Mulyono, dan pengurus lainnya. Termasuk, artis dangdut yang mempopulerkan lagi Warung Doyong, Anies Alta. Selain itu, kita bisa juga menumpang perahu ketek. Perorangan ataupun carteran. Tarifnya bergantung negosiasi. Berangkatnya juga dari BKB. Perjalanan dengen ketek agak santai sama seperti kapal Mayangsari. Jika mau lebih cepat, bisa menumpang speedboat. Dari BKB ke Pulau kemarau hanya 15 menit. Namun paket wisata berspeed boat ini tetap menghabiskan waktu sekitar 3 jam, termasuk waktu PP dan menjelajahi Pulau Kemaro. Tarifnya, biasanya Rp 300 ribu. Serang (sopir) speedboat akan menunggu selama penumpangnya menikmati Pulau kemaro. Mana yang mau dipilh sebagai sarana transportasi, bergantung minat dan keinginan kita masing-masing. Destinasi wisata Pulau Kemaro memang sudah puluhan tahun menjadi alternatif memuaskan dahaga para wisatawan. Baik wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Penataan Ulang Seperti kata Ketua Umum Pimnas PKN I Gede Suardika, Pulau Kemaro merupakan objek wisata yang identik dengan legendanya. Perpaduan antara muslim dan Cina. "Sebenarnya, potensinya lumayan bagus. Tinggal bagaimana ada upaya agar ketika para wisatawan datang tidak sekedar transit. Tetapi bagaimana agar mereka bisa menikmati destinasi wisata yang ada di daerah ini selama beberapa hari," ujarnya. Menikmati wisata musi memang cukup menyenangkan. Wisman dibuat senang, tentu mereka akan menginformasikan kepada yang lainnya saat kembali ke daerah/negara asalnya. Wisnu lainnya, Bona Simanjuntak menyatakan bahwa sebenarnya Pulau Kemaro punya ciri khas tersendiri. Ini yang memberikan makna keberagaman. "Ini bukti bahwa sejak dulu kita bangsa yang bisa beradaptasi. Untuk kedepannya, akses menuju objek ini harus bisa mendapat perhatian. Bukan hanya lewat sungai tapi juga lewat darat," ujarnya. Sementara, Mbak Noni, Wisnu dari Muarenim, yang kebetulan berkunjung menyebut bahwa Pulau Kemarau cukup bagus dan keren. "Buat keluarga dan teman-teman saya rekomendasi. Kesannya, legendanya itu yang bisa jadi pelajaran dan diambil hikmahnya. Saya, biasanya pakai speedboat kalau ke sini," ujarnya. Mbak Noni menyarankan, agar kebersihan bisa ditingkatkan dan ditambah beberapa sarana permainan sehingga pengunjung bisa lebih terhibur. Memang, secara teori ada tiga faktor penjung bisnis pariwisata. Yang dikenal dengan 3A. Yakni, Akses, atraksi, dan amunitas. Palembang sudah punya semua, tinggal bagaimana pihak terkait bisa bersinergi sehingga wisatawan bisa bertambah. (mn/**)

Editor: M Nasir

Tags

Terkini

X