Palembang, Detiksumsel.com -Peningkatan Permintaan Bahan Baku CPO Biodiesel dari sebelumnya 11,02 kiloliter menjadi 13,14 kiloliter menjadi penyebab naiknya harga minyak saat ini.
Terhitung sejak awal tahun harga minyak goreng naik baik kemasan premium maupun minyak goreng curah yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga Rp3 ribu perkilonya.
Kenaikan harga minyak goreng ini bervariasi untuk masing-masing kemasan dan merek dan berkisar di atas Rp3 ribu.
Ketua GAPKI Sumsel Alex Sugiarto mengatakan alasan minyak goreng naik belakangan iniĀ keputusan dari Kementrian ESDM terkait implementasi program B35 per 1 Februari 2023 tentunya diambil dengan berbagai pertimbangan, antara lain ketersediaan pasokan bahan baku CPO, kapasitas produksi badan usaha bahan bakar nabati, baik dari aspek kesiapan pasokan, distribusi, termasuk infrastruktur penunjang dan standar spesifikasi yang harus dipenuhi.
Perubahan kebijakan B35 per 1 Februari 2023 ini, akan meningkatkan alokasi biodiesel sebanyak 13,14 juta kilo liter atau ekitar 19 persen dibandingkan alokasi tahun 2022 yang hanya sebesar 11,02 juta kilo liter.
"Artinya konsumsi minyak sawit dalam negeri akan naik seiring dengan kenaikan alokasi biodiesel ini," kata Alex, Selasa (17/01/2023).
Dia menambahkan, hal itu didukung dengan Kepdirjen Daglu no.19/Daglu/Kep/12/2022, tgl 29 Desember 2022, tentang Penetapan Rasio Pengali Sebagai Dasar Penetapan Hak Ekspor CPO, RBD Palm Oil, RBD Palm Olein dan Used Cooking Oil, yang menetapkan Rasio Pengali sebesar enam kali dari besaran hasil validasi terhadap pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DMO) untuk CPO dan atau minyak goreng.
Sebagai dasar penetapan Hak Ekspor CPO, RBD Palm Oil, RBD Palm Olein dan Used Cooking Oil, yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2023, dari sebelumnya rasio pengali hak ekspor sebesar delapan kali.
"Langkah-langkah yang diambil pemerintah ini bertujuan untuk menjaga pasokan dalam negeri menjelang bulan ramadhan dan libur Idul Fitri, serta sekaligus menjaga harga sawit, dimana tahun 2023 ini diperkirakan terjadi perlambatan perekonomian dunia sehingga permintaan minyak sawit global turun dan datangnya musim panen minyak nabati pesaing di negara lain,"Tutupnya (May)