Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu (21/5) mengisyaratkan bahwa pihaknya bakal berbicara dengan Presiden China dalam waktu dekat.
Biden dalam jumpa pers seusai KTT G7 di Hiroshima, Jepang, menyatakan bahwa negara-negara G7 tidak berusaha memutus hubungan dengan China, tetapi mencoba mengurangi risiko dan memperluas hubungan dengan China.
Biden berharap hubungan dengan China akan "segera membaik" setelah mengalami tegangan akibat insiden pada awal tahun ini ketika AS menembak jatuh balon China yang terbang di atas lokasi militer yang sensitif.
Baca Juga: Imanullah Anggota DPRD Kabupaten Lahat Tutup Usia
Dia mengaku telah bersepakat dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan G20 di Bali tahun lalu untuk menjaga komunikasi tetap terbuka, tetapi semuanya berubah setelah insiden balon itu, yang disebutnya "membawa dua gerbong alat penyadap".
Meski demikian, Biden optimistis bahwa hubungan AS-China dalam waktu dekat akan segera mencair.
Terkait dengan ketegangan China-Taiwan, Biden mengatakan ada pemahaman yang jelas bahwa akan ada respons jika China bertindak sepihak terhadap Taiwan.
Biden menegaskan bahwa AS tidak akan mengatakan kepada China apa yang bisa mereka lakukan, tetapi pihaknya akan menempatkan Taiwan pada posisi untuk bisa membela diri mereka sendiri.
Berbagai bentuk kehati-hatian dan langkah yang tidak provokatif memang sangatlah penting pada saat ini, mengingat situasi yang sangat rentan meletup terkait dengan kondisi yang tengah memanas di sejumlah kawasan dunia.
Baca Juga: Pencuri Burung Murai Batu Milik Anggota Polisi Di Lahat Alami Nasib Nahas Ketika Diketahui Warga
Diharapkan agar setiap pemimpin dunia tetap mengutamakan perdamaian dalam menerapkan kebijakan apa pun yang mereka lakukan, karena adanya langkah yang sembrono sedikit saja pada saat ini dapat mudah berujung kepada ketidakstabilan global, seperti memantik api di tumpukan jerami kering. (ANT)