Palembang, Detiksumsel.com - Ziarah kubur merupakan salah satu ibadah yang boleh dilakukan kapan saja, termasuk menjelang Ramadan.
Menjelang bulan Ramadan, ziarah kubur menjadi salah satu tradisi yang sering dilakukan umat Islam Indonesia.
Biasanya ziarah kubur disebut dengan nyekar, arwahan, ataupun munggahan.
Tujuan dari ziarah kubur selain untuk mendoakan orang yang sudah meninggal juga sebagai pengingat bahwa semua yang bernyawa akan kembali kepada sang pencipta.
Baca Juga: Tata Cara Ziarah Kubur Sesuai Tuntunan Agama Islam, Lengkap dengan Doa
Ada beragam bacaan atau doa ziarah kubur yang bisa dipanjatkan, mulai dari ucapan salam kepada ahli kubur, hadiah Al-Fatihah dan Yasin, tahlil, hingga memohonkan ampunan.
Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur disyariatkan jika diniatkan untuk mengingat kematian dan juga merenungkan akhirat.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari sahabat Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُنتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُور، وَلكِنْ فَرُورُوها، وفى روَايَةٍ - فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَزُورَ القُبُورَ فَلْيَزُرْهَا فَإِنَّهَا تُذكر الأخرة
"Saya pernah melarang kalian berziarah kubur. Sekarang telah diizinkan untuk Muhammad menziarahi makam ibunya, maka berziarahlah, karena (berziarah kubur itu) dapat mengingatkan akhirat.” (HR. Tirmidzi no. 1054, dinilai sahih oleh Al-Albani).
Baca Juga: Saat Ziarah Kubur, Apakah Orang Yang Sudah Meninggal Dunia Tahu Saat Di Ziarahi?
Namun ziarah kubur menjadi syirik apabila seseorang berdoa langsung meminta-minta kepada penghuni kubur, bukan kepada Allah Ta’ala.
“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung” (QS. Al-Mu’minuun: 117).
