Punya Kebun Kopi Luas Tapi Hasil Minim, Ini Langkah Disbun Lahat Tingkatkan Panen Kopi

- Rabu, 13 September 2023 | 11:38 WIB
Kabid Produksi Dinas Perkebunan Lahat, Okta Dinjaya. (Istimewa).
Kabid Produksi Dinas Perkebunan Lahat, Okta Dinjaya. (Istimewa).

Lahat, Detiksumsel.com - Meski disebut sebagai salah satu wilayah perkebunan kopi terbesar di Sumatera Selatan, hasil panen kopi di Kabupaten Lahat ternyata belum maksimal.

Kondisi ini dipengaruhi oleh pola tanam petani kopi di Lahat yang masih menerapkan pola tradisional. Tidak mengedepankan sistem budidaya yang baik, sehingga hasil panen jadi maksimal.

Berdasarkan data angka tetap (ATAP) Tahun 2022, luas areal perkebunan Kopi di Kabupaten Lahat berjumlah 54.441 hektar, dengan total hasil produksi sebanyak 22.721 ton dan digarap sebanyak 45.505 Kepala Keluarga petani kopi.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Lahat, Vivi Anggraini SSTP MSI, melalui Kabid Produksi, Okta Dinjaya membenarkan, hasil produksi kopi di Kabupaten Lahat belum maksimal. Penyebabnya, tidak adanya sistem budidaya yang baik. Mulai dari pengolahan tahan, seleksi bibit, pemeliharaan, perawatan tanaman kopi, pengendalian hama, hingga penanganan pasca panen.

"Sistem budidaya inilah yang masih kurang diperhatikan petani kita. Karena itu hasil panen kopi kita tidak maksimal. Seharusnya bukan hanya asal tanam, bibit perlu diperhatikan, perawatan juga harus maksimal agar hasil maksimal juga," ujar Okta, Rabu (13/9/2023).

Untuk memaksimalkan hasil panen kopi di Lahat, Okta menerangkan, pihaknya telah melakukan beragam strategi. Mulai dari membentuk persiapan kebun entres di Desa Geramat, Kecamatan Mulak Sebingkai, hingga mengajak sejumlah petani kopi untuk dapati pelatihan budidaya kopi dan pengolahan hasil produksi kopi ke pusat penelitian kopi di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.

"Produksi kopi kita rata-rata dalam satu hektar dengan 2000-2500 tanaman kopi, paling hanya menghasilkan 7-8 kuintal biji kopi. Disana (Jember) bisa mencapai hampir 3 ton. Karena per batang kopi, bisa mencapai 4 kilo biji kopi," terangnya.

Okta menjelaskan, sistem budidaya yang tidak dimiliki petani di Lahat diantaranya dari sisi pemeliharaan tidak melakukan sistem pemupukan, seperti menggunakan sistem parit. Tidak membuat lubang rorak untuk sirkulasi udara. Tidak memperhatikan dua sisi pemangkasan, alias asal pangkas. Tidak lakukan pengurangan bayangan, agar tanaman terkena sinar matahari. Pembersihan gulma gunakan bahan kimia, yang bisa merusak unsur hara.

Lalu, buah yang sudah jatuh ke tanah harus diambil semua, agar memutus pengembangbiakan hama. Hanya panen buah kopi berwarna merah. Terakhir, petani juga dilatih mengelola hasil, untuk dapatkan citarasa kopi yang baik.

"Orang kita ini kalau sudah jadi kebiasaan, sulit untuk diubah. Alasannya banyak, ada yang tidak mau repot, ada yang beranggapan sudah cukup dengan kebiasaan itu. Karena itu, sejumlah petani kita bawa langsung lihat petani kopi di Jember, mereka ini nantinya akan jadi pelopor bagi petani kopi lainnya di Lahat," jelas Okta. (Heru)

Editor: Larassati

Tags

Terkini

Tumbuhkan Kreativitas Anak, Ini Pesan Bunda PAUD Lahat

Selasa, 26 September 2023 | 16:44 WIB

PLN ULP Lembayung Lahat Cabut Listrik Pasar Lematang

Selasa, 19 September 2023 | 16:36 WIB
X