Palembang, Detik Sumsel – Pakar Brand Subiakto Priosoedarsono membagikan tips, bagaimana membangun bisnis dengan menciptakan brand yang tren dan dikenal luas oleh masyarakat.
Menurut dia, untuk menciptakan branding produk tidak harus mengubah identitas produk itu, karena identitas itu sangat penting.
Hal yang tidak kalah penting adalah servis pada pelanggan, dengan mendengarkan keluhan atau feedback, sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas produk.
“Masukan atau kritik dari konsumen jangan dianggap sebagai halangan atau kendala, karena review jujur pelanggan juga memberikan masukan untuk peningkatan kualitas produk ke depannya,” ujar Subiakto, saat menjadi narasumber Webminar membangun branding UMKM di masa pandemi yang digelar Bank Indonesia, Selasa (24/11).
Sebab menurut dia, feedback dari konsumen bisa menjadi bagian dari relationship, untuk mengembangkan jaringan yang lebih luas lagi.
“Komunikasi dengan pelanggan juga memberikan nilai lebih, karena pelanggan merasa dihargai, dengan komunikasi dua arah yang berjalan baik,” paparnya.
Desainer Jenehara Nasution menambahkan, dalam membangun brand harus memikirkan pemasarannya dan tidak hanya fokus, serta berambisi memasarkan produk di luar negeri, karena standar produk luar negeri sangat ketat.
Dia mencontohkan, saat ini bisnis busana muslim di Indonesia telah menjadi pangsa pasar dan buruan perancang luar negeri, yang akan memasarkan produknya di Indonesia. Karena memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Oleh sebab itu, daripada harus memasarkan produk di luar negeri lebih baik menjadi tuan rumah di rumah sendiri.
“Go internasional membangun brand dan memasarkan produk di luar negeri memang bagus, tapi harus tahu seluk beluknya. Termasuk mengenai standar busana muslimah di luar negeri. Sebab, di tanah air sendri, hingga saat ini tidak ada standar dan size khsusus, karena berbeda designer berbeda selera dan standarnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel Hari Widodo menjelaskan, untuk mengembangkan UMKM perlu adanya sinergi kebijakan di tingkat pusat maupun daerah. Sehingga dapat menjadi sumber pertumbuhan baru, dalam pemulihan ekonomi.
Hari mengatakan, UMKM juga dapat mengisi kebutuhan belanja pemerintah, sehingga penyerapan pembelanjaan terhadap produk UMKM dapat terjadi.
“Pengembangan UMKM ini memang harus didekati secara multisektoral, tidak bisa hanya satu lembaga saja yang bisa menyelesaikan ini karena membutuhkan sinergi,” jelasnya.
Dia melanjutkan, saat ini kendala yang banyak dihadapi para pelaku usaha paling utama adalah penurunan omset. “Ada 72,6% UMKM terdampak di Sumsel, dengan mayoritas mengalami penurunan omset penjualan,” katanya.
Sementara beberapa kesulitan atau kendala yang dihadapi hampir sama, mulai dari penurunan penjualan, kesulitan modal, distribusi terhambat, hingga kesulitan bahan baku. (May)